Senin, 24 Oktober 2011

PEMUDA DAN SOSIALISASI


PENDAHULUAN
Nama: Rudiansyah Hadi Putra, NMP: 26111483
A.      LATAR  BELAKANG
Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Azza wa jalla, Berkat nikmatnya saya dapat menulis Tugas Ilmu Sosial dasar yang berkaitan dengan Pemuda dan Sosialisasi.  
Perlu diketahui, Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani bermacam-macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda di harapkan sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang harus mengisi estafet pembangunan di masa yang akan datang.
Seorang Pemuda Harus dapat BERSOSIALISASI dengan lingkungannya, terutama dengan Masyarakat lingkungannya. Dan pemuda harus mengetahui sisi kehidupan di era modern ini. Terutama di bidang tekhnologi. Jangan sampai para pemuda di era modern ini, tidak dapat bersosialisasi sehingga menyebabkan ketinggalan zaman akan hal-hal yang tertentu.
A.     MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan saya menulis karya ilmiah ini adalah:
-          Melatih Mahasiswa agar dapat mengetahui peranan Pemuda dan makna Sosialisasi.
-          Agar Mahasiswa dapat mendeskripsikan kedudukan Pemuda di tengah Masyarakat
-          Mengenal kehidupan yang sesungguhnya adalah langkah awal untuk menguasai diri terhadap Lingkungan.   
-          Mengenal lebih jauh definisi tentang Pemuda dan Sosialisasi.
-          Memberi pengalaman kehidupan dari studi kasus yang ada dalam karya ilmiah saya ini. 




Tinjauan dan Teori
            Pada asalnya, tinjauan dan teori dari Pemuda dan sosialisasi adalah masalah yang spesifik dengan ilmu Sosial.  Para pemuda adalah Tunas, yaitu yang meneruskan kehidupan pembangunan dan diharapkan dapat hidup bersosial dengan tetangga, lingkungan, dan masyarakat.
            Berapa banyak para pemuda yang tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan dan masyarakatnya padahal para pemuda tersebut lulusan sekolah tinggi atau sarjana. Maka dari itulah, setiap pemuda wajib mengetahui  tentang posisinya di lingkungannya.
            Selain itu juga para pemuda harus dapat mengembangkan potensi-potensinya seperti idealisme dan daya kritis, dinamika dan kreatifitas, keberanian mengambil resiko, optimis dan kegairahan semangat, sikap kesatria, patriotisme, dan kemampuan penguasaan ilmu teknologi.   











DESKRIPSI/METODOLOGI

Pengertian Pemuda.

Masa remaja adalah masa tarnsisi dan secara psikologis sangat problematis , masa ini memungkinkan mereka berada dalm anomi /keadaan tanpa norma atau hukum. akibat kontradiksi norma maupun orientasi mendua.
Dalam keadaan demikian , seringkali muncul perilaku menyimpang atau kecendrungan melakukan pelanggaran . kondisi ini juga memungkinkan mereka menjadi sasaran pengaruh media massa.
PERAN MEDIA MASSA
ciri-ciri menyebabkan kecendrungan remaja melahap begitu saja arus informasi yang serasi dengan selera dan keinginan sebagai penapis informasi atau pemberi rekomendasi terhadap peasn-pesan yang di terima kini tidak berfungsi sebagai sediakala.
PERLU DIKEMBANGKAN :
Dari artikel terseut dapat disimpulkan bahwa masalh kepemudaan dapat di tinjau adri asumsi yaitu :
1.penghayatan mengenai proses perkembangan bukan sebagai suatu kontinum yang sambung tetapi fragmentaris , terpecah-pecah , dan setiap fargmen mempunyai artinya sendiri-sendiri.
2.posisi pemuda dalam arah kehidupan itu sendiri .tafsiran-tafsiarn klasik didasarkan pada anggapan bahwa kehidupan mempunyai pola yang banyak sedikitnya.
PEMUDA DAN IDENTITAS
Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani bermacam-macam harapan , terutama dari generasi lainya.hal ini dapt dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus , generasi yang harus mengisi dan melangsungkan estafet pembangunan secara terus menerus.
POTENSI-POTENSI PEMUDA
a.Idealis dan daya kritis : secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada , maka ia dapat melihat kekurangan-kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru.
b.dinamika dan kreatifitas.
c.keberanian mengambil resiko
d.optimis dan kegairahan semangat
e.sikap kemandirian dan disiplin murni
f.terdidik
g.keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan.
h.patriotismedan nasionalisme
i.sikpa kesatria
j.kemampuan kekuasaan ilmu dan teknologi.
Studi Kasus :
Pemuda adalah seseorang yang berpikir bahwa segala hal harus berubah menjadi lebih baik, namun mengetahui bahwa dirinyalah yang harus lebih dulu diubah. Pemuda adalah seseorang yang berpikir bahwa tidak ada yang tidak bisa ia lakukan demi sebuah perubahan kearah yang lebih baik. Pemuda adalah seseorang yang tahu bahwa dipundaknyalah tugas menjaga diri, keluarga, kampung halaman, negara dan agama diletakkan. Tetapi diatas semua itu, Pemuda adalah seseorang yang bertindak dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab dalam melaksanakan itu semua. Karena jika hanya berada di tataran pemikiran tanpa dilanjutkan dengan tindakan atau karya nyata maka dunia tidak akan berubah.
Pengertian Sosialisasi.

Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya. Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli
a. Keluarga
Pertama-tama yang dikenal oleh anak-anak adalah ibunya, bapaknya dan saudara-saudaranya.
b. Sekolah
    Pendidikan di sekolah merupakan wahana sosialisasi sekunder dan merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal.
c. Teman bermain (kelompok bermain)
    Kelompok bermain mempunyai pengaruh besar dan berperan kuat dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam kelompok bermain anak akan belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya.
d. Media Massa
    Media massa seperti media cetak, (surat kabar, majalah, tabloid) maupun media elektronik (televisi, radio, film dan video). Besarnya pengaruh media massa sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
e. Lingkungan kerja
    Lingkungan kerja merupakan media sosialisasi yang terakhir cukup kuat, dan efektif mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.
Studi Kasus :
Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu produk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit dipelajari.

http://yanezzcihuy.wordpress.com/2010/10/23/pengertian-sosialisasi-tugas-isd-kel-1/




Internalisasi belajar dan sosialisasi.

Ketiga kata atau istilah internalisasi, belajar, dan spesialisasi pada dasarnya memiliki pengertian yang hampir sama. Proses berlangsungnya sama yaitu melalui interaksi sosial. Istilah internalisasi lebih ditekankan pada norma-norma individu yang menginternalisasikan norma-norma tersebut, atau proses norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusional saja, akan tetapi norma tersebut mendarah daging dalam jiwa anggota masyarakat. Norma tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu norma yang mengatur pribadi (mencakup norma kepercayaan dan kesusilaan) dan norma yang mengatur hubungan pribadi (mencakup kaidah kesopanan dan kaidah hukum).

Istilah belajar ditekankan pada perubahan tingkah laku, yang semula tidak dimiliki sekarang telah dimiliki oleh seorang individu, atau perubahan sikap dari tidak tahu menjadi tahu, dimana belajar dapat berlangsung di lingkungan maupun di lembaga pendidikan.

Istilah spesialisasi ditekankan pada kekhususan yang telah dimiliki atau diukur oleh seorang individu, kekhususan timbul melalui proses yang agak panjang dan lama.

     PROSES SOSIALISASI.

Melalui proses sosialisasi, seseorang akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menajdi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial.

Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu produk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :

1.       Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya.
2.       Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial.

Thomas Ford Hoult, menyebutkan bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar individu untuk bertingkah laku sesuai dengan standar yang terdapat dalam kebudayaan masyarakatnya. Menurut R.S. Lazarus, proses sosialisasi adalah proses akomodasi, dengan mana individu menghambat atau mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan lingkungan, dan mengembangkan pola-pola nilai dan tingkah laku-tingkah laku yang baru yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat.





Peranan sosial mahasiswa dan pemuda 
di masyarakat.
 
Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa-jiwa sosial yang dalam atau dengan kata lain solidaritas sosial. Solidaritas yang tidak dibatasi oleh sekat sekat kelompok, namun solidaritas sosial yang universal secara menyeluruh serta dapat melepaskan keangkuhan dan kesombongan. Mahasiswa tidak bisa melihat penderitaan orang lain, tidak bisa melihat penderitan rakyat, tidak bisa melihat adanya kaum tertindas dan di biarkan begitu saja. Mahasiswa dengan sifat kasih dan sayangnya turun dan memberikan bantuan baik moril maupun materil bagi siapa saja yang memerlukannya.

 Selaku Pemuda kita dituntut aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, sosialisasi dengan warga sekitar. Kehadiran pemuda sangat dinantikan untuk menyokong perubahan dan pembaharuan bagi masyarakat dan negara. Aksi reformasi disemua bidang adalah agenda pemuda kearah masyarakat madani. Reformasi tidak mungkin dilakukan oleh orang tua dan anak-anak.

Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan
Generasi Muda

        Maksud dari pola pembinaan dan pengembangan generasi muda adalah agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya benar-benar menggunakan sebagai pedoman sehingga pelaksanaanya dapat terarah, menyeluruh dan terpadu. Serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud.

 Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda disusun berlandaskan :
1.     Landasan idiil : Pancasila
2.     Landasan konstitusional : UUD 1945
3.     Landasan Strategis : Garis-garis besar haluan negara
4.     Landasan historis : Sumpah pemuda tahun 1928 dan Proklamasi kemerdekaan
5.     Landasan normatif : etika, tata nilai dan tradisi luhur yang hidup dalam masyarakat
(Sumber : Buku MKDU Ilmu Sosial Dasar Oleh: Harwantiyoko, Neltje F. Katuuk Penerbit Gunadarma).
STUDY KASUS

Contoh Kasus yang berkaitan dengan Pemuda dan Sosialisasi:

            “Ada seorang anak Muda yang bernama Gusti. Dia Seorang Mahasiswa. Dia dikenal dilingkungannya sebagai pemuda yang sombong, yang tidak pernah bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Pada suatu hari pak RT setempat mengadakan kerja Bakti bersama, akan tetapi pemuda tersebut (gusti) tidak mau ikud dalam kegiatan kerja bakti tersebut, dengan alasan, “ini bukan pekerjaan anak muda sekarang, kerjaan saya adalah belajar.


PEMBAHASAN

Pembahasan dari kasus diatas:

            Kasus diatas merupakan masalah yang sangat bertentangan dengan berbagai macam Norma. Hendaknya para pemuda dizaman sekarang menyadari akan pentingnya menerapkan Ilmu Sosial Dasar di kehidupan kita sehari-hari. Berapa banyak orang yang bersekolah tinggi/sarjana akan tetapi tidak dapat bersosial dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dan inilah pentingnya di setiap perguruan tinggi mempelajari Ilmu sosial Dasar, supaya ilmunya dapat diterapkan di masyarakat.
























KESIMPULAN DAN SARAN


            Proses Sosialisasi generasi Muda adalah suatu proses yang sangat menentukan kemampuan diri pemuda untuk menselaraskan diri di tengah-tengah kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu, pada tahapan pengembangan dan pembinaannya, melalui proses kematangan dirinya dan belajar pada berbagai media sosialisasi yang ada di masyarakat, seorang pemuda harus mampu menseleksi berbagai kemungkinan yang ada sehingga mampu mengendalikan diri dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat, dan tetap mempunyai motivasi social yang tinggi.


           









             



Rabu, 19 Oktober 2011

Pengemis di Bulan Ramadhan


Profesi Pengemis Musiman di Bulan Ramadhan

Menjelang Ramadhan biasanya akan semakin banyak jumlah pengemis yang bertebaran. Tahun sebelumnya di daerah Tangerang Selatan banyak sekali pemulung, pengemis, dan pembawa gerobak berduyun-duyun di jalanan. Apalagi menjelang berbuka puasa biasanya mereka berbaris berteduh dibawah pohon di tepi jalan berbaris dengan rapih seolah di komandoi seseorang mereka berbaris bershaf-shaf dan duduk berdampingan, bersebelahan mengisi setiap kekosongan rongga-rongga lahan yang tak ditanami pepohonan, sudah barang tentu sisi jalan pun penuh pula dengan gerobak yang di parkir. Belum lagi di daerah Jakarta dan Kota besar lainnya. Mereka biasanya berpenampilan layaknya pengemis dengan berpenampilan compang-camping. Bahkan terkadang ada yang sengaja membuat luka buatan dengan segala rupa cara. Tidak bermaksud apa-apa tapi hasil penelusuran beberapa pewarta berita adalah demikian.
Ditengah himpitan ekonomi yang semakin menjadi, maka sudah dapat di perkirakan jumlah kemiskinan yang semakin meningkat akan terlihat dengan bertambahnya jumlah pengemis musiman yang datang ke Jakarta. Belum ada penanganan khusus yang bisa menyelesaikan permasalahan pengemis musiman. Dikembalikan pun mereka akan berusaha memanfaatkan bulan penuh rahmat dan berkah bagi mereka pengemis musiman.
Saat ini rasanya mengemis di Indonesia adalah sebuah profesi, maka ada baiknya bagi kita untuk selektif memberikan uang. Bahkan pelaksanaan perda pelarangan memberikan sedekah kepada pengemis di jalanan rasanya sulit untuk di laksanakan. Orang Indonesia tidak akan taat jika dilarang untuk melakukan kebaikan. Mungkin akan lebih baik jika kita memberikan barang yang mereka butuhkan saja bukan berupa uang. Tapi adakalanya juga untuk berhati-hati karena ada juga pengemis yang mengumpat setelah diberi nasi atau bahkan nasinya dibuang percuma. Padahal niat baik untuk memberikan makanan karena biasanya pengemis mengemis untuk makan. Bikin miris dan sakit hati. Sudah di beri malah mengumpat tak karuan.
Bahkan tak dipungkiri konon ada beberapa pengemis yg memiliki sawah dan kendaraan dikampungnya. Mungkin saja pengemis tersebut bisa jadi lebih kaya dari pada orang yang selalu bersedekah memberi uang. Sawah dan ladang adalah sebuah harta yang tak terkira nilainya. Uang satu Juta setiap bulan rasanya bisa didapatkan jika di kumpulkan dari beberapa perempatan lampu merah jalanan. Pengemis memiliki Handphone saja sudah tidak aneh saat ini karena penghasilan mereka yang cukup besar.
Bagi mereka yang hendak bersedekah rasanya akan lebih baik disalurkan pada yayasan-yayasan atau lembaga sosial lainnya. Ini termasuk sebuah pendidikan terhadap saudara kita, terutama bagi mereka yang terlalu cepat mengambil keputusan untuk mengemis dengan dalih kemiskinan.
Bagi seluruh umat muslim dan muslimah, bulan ramadhan adalah bulan dimana mereka berlomba-lomba mencari amal ibadah. Karenanya, orang tidak segan-segan mengeluarkan uang untuk amal, sedekah, dan memberikan sedikit sumbangan.

Memang dalam agama, berbagi dan menolong sesama sangat dianjurkan, tetapi justru peluang itu diambil oleh para sindikat pengemis dikota-kota besar terutama di Jakarta.

Tidak heran lagi melihat orang lumpuh, luka parah, korengan, bahkan buta digotong oleh orang yang sehat bugar wal afiat.

Coba berpikirlah sejenak, seharusnya orang yang sehat dan bugar tersebutlah yang memberikan makan buat orang yang dibawanya itu. Secara logika adalah bila itu adalah keluarganya, apakah mereka tidak kasihan?, dibawa jalan jauh, didorong ditengah debu polusi yang panas.

Menjelang ramadhan ini sudah bisa dipastikan, pengemis akan bertaburan dimana-mana. Entah itu anak-anak, ibu menggendong bayi atau orang lanjut usia.

Aatau cobalah melihat gerobak mereka, dibuat dari bahan kayu kaso yang dicat kemudian ditambah dengan roda. Itulah yang mereka harus keluarkan sebagai modal dasar dagang mereka untuk meraup keuntungan.



DISUSUPI SINDIKAT

Kita yang dengan niat beramal, bagi para pengemis di Jakarta adalah bisnis yang menguntungkan. Bahkan dengan sangat mudah, karena hanya menjulurkan tangan saja.

Alasan klise selalu mereka bawa. Di Jakarta mencari pekerjaan sulit. Padahal sejatinya mereka malas melakukan sesuatu.

Padahal, niat mengemis tersebut ternyata sudah direncanakan oleh oknum tertentu. Para sindikat sengaja membentuk jaringan pengemis.

Mereka sengaja mendatangkan pengemis dari luar jakarta. Mereka terkoordinir dan disebar di beberapa titik, seperti di perempatan lampu merah atau di sekitar tempat ibadah.

Para pengemis itu selalu diawasi. Dan dari hasil yang ia dapat, sebagian wajib disetor ke coordinator mereka.

Dari hasil penelusuran Jakartapress.com di beberapa titik, para pengemis saat bulan Ramadhan memang lebih banyak dari hari biasanya.

Dan ketika mengorek keterangan dari salah seorang pengemis di pertigaan Jl Sultan Agung, Manggarai Jakarta Selatan, sindikasi itu memang benar adanya.

“Hasil kita ngemis, bukan semuanya milik kita,” ujarnya.

Menurut mereka, sebagian hasil mengemis harus disetorkan kepada seseorang. Tujuannya, agar mereka aman dan bila terjadi razia, orang yang mereka sebut Abang itu yang akan bertanggung jawab.

Tiap harinya, mereka bisa mendapatkan Rp 40-60 ribu dari hasil mengemis. Dari nilai itu, separonya wajib disetorkan.


ada tambahan nihhdari agan marcellgroove
berikut kata doi   http://static.kaskus.us/images/smilies/sumbangan/14.gifhttp://static.kaskus.us/images/smilies/sumbangan/14.gif

Originally Posted by marcellgroove View 
Post
Sebagai bahan pertimbangan aja nih


Dikenal Desa Pengemis, Warga Mampu Sekolahkan Anak ke Kedokteran
Moh Hartono - detikSurabaya


Salah satu rumah pengemis/M Hartono
Sumenep - Kekhasan budaya berbingkai nilai-nilai agama yang sudah disandang masyarakat Madura secara umum terkadang menampakkan kenyataan hidup yang ironi.

Pekerja keras dan tanpa menyerah dalam kondisi apapun dan di manapun sudah bukan rahasia lagi. Namun berbeda dengan kenyataan yang disandang warga Desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Sumenep.

Desa yang terletak 45 Km dari kota ke arah barat itu berpenduduk 3.500 kepala keluarga (KK) atau 9.567 jiwa. Dari jumlah penduduk yang ada itu, 80 persen menjadi pengemis (peminta-minta).

Tak ayal, jika desa itu mendapat julukan kampung pengemis dan menjadi pusat perhatian para peneliti, akademisi dan media massa meski tidak semudah yang dibayangkan untuk masuk ke desa tersebut.

Setiap orang yang masuk perkampungan pengemis itu tidak akan percaya bila warganya menjadi pengemis. Selain tidak ada rumah gedek (Rumah anyaman bambu), kendaraan sepeda motor juga ramai terlihat lalu lalang.

Meski rumah warga satu dengan yang lain berjarak antara 10 meter hingga 20 meter, namun terlihat rumah berukuran besar dan kokoh dilengkapi antena parabola, lantai keramik lengkap dengan berbagai macam hiasan sudah bukan barang langka dan asing lagi.

Akses jalan desa yang menjadi penghubung dengan desa tetangga juga beraspal, kecuali jalan penghubung kampung di desa itu yang masih jalan makadam dan sulit dijangkau dengan mobil mewah.

Untuk ukuran desa di Sumenep, kondisi Desa Pragaan Daya sudah maju. Program pemerintah sudah masuk dan aktivitas masyarakat seperti layaknya warga desa tetangga.

Satu dari penduduk desa pengemis, Ny Halimah (46) yang kesehariannya menjadi peminta-minta di Kota Sumenep sudah memiliki 4 ekor sapi. Dia memiliki rumah yang selesai dibangun 3 tahun silam lengkap dengan perabotan mewah.

Meski sudah tergolong kelas ekonomi menengah untuk ukuran desa, namun Ny Halimah mengaku tidak bisa meninggalkan profesinya sebagai penerima sedekah dari orang lain yang sudah turun temurun dilakukan.

Banyak alasan yang dikemukakan. Selain tidak memiliki lahan pertanian yang cukup hingga tidak mempunyai skill yang bisa menghasilkan menutupi kebutuhan hidupnya.

"Saya tidak mempunyai pekerjaan lagi, kecuali menerima sedekah dari orang lain. Dan ini pekerjaan yang telah turun-temurun dan tidak mungkin ditinggalkan," kata Halimah kepada detiksurabaya.com di rumahnya, Kamis (20/8/2009).

Dalam pandangannya, uang hasil meminta-minta itu adalah rezeki halal karena uang itu diberikan oleh si empunya secara ikhlas.

"Kalau tidak ikhlas tidak mungkin diberikan pada saya. Jadi, pemberian orang itu adalah sedekah yang tidak ada salahnya bila diterima," ujarnya.

Menurut dia, warga Desa Pragaan Daya yang meminta-minta tidak hanya dilakukan di wilayah Madura, mereka yang masih sehat dan mempunyai kemampuan untuk datang ke daerah lain, biasanya banyak mengemis di Jawa Barat, Bandung, Jakarta dan DKI.

Bahkan, ada yang merantau hingga Kalimantan dan Malaysia. Namun bagi yang sudah tua, daerah yang biasa didatangi hanya Kota Surabaya dan kota lain di Jawa Timur.

Tidak sedikit bagi mereka yang mengemis di luar Madura mempunyai kemampuan lebih. Bahkan, ada yang menyandang predikat haji atau telah mampu melaksanakan rukun Islam yang kelima dari hasil mengemis.

"Kalau sudah jadi pak haji baru berhenti, tinggal anak-anaknya yang melanjutkan pekerjaan menerima sedekah itu," katanya seraya menolak menyebutkan identitas orang yang dimaksud.

Sementara Sekretaris Desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Sumenep, Moh Haruji Saleh mengaku tidak risau dengan predikat desa pengemis. "Ini sudah bagian dari kehidupan warga kami sehingga harus menyandang predikat kampung pengemis. Ya tidak apa-apa," ujar Haruji kepada detiksurabaya.com di rumahnya.

Dia mengaku sudah melakukan berbagai macam cara untuk menghentikan kebiasaan meminta-minta namun menemui kesulitan. Selain mereka tidak mempunyai pekerjaan lain, juga ada sebagian yang memang tidak mempunyai lahan pertanian.

"Usaha yang bisa dilakukan hanya dengan memutus mata rantai menjadi pengemis. Para kawula mudanya jangan sampai ikut mewarisi profesi orang tuanya itu," terangnya.

Para kawula muda, kata dia, pendidikannya sudah banyak yang masuk perguruan tinggi. Bahkan, ada yang masuk di fakultas kedokteran di sebuah perguruan tinggi di Jember. Meski diakui jika biaya untuk menyekolahkan itu dari hasil mengemis, bukan berarti harus menjalankan profesi orang tuanya.
NAMA: RUDIANSYAH HADI PUTRA, KELAS: 1 KB 04, NMP: 26111483